Rabu, 07 September 2011

Dimanakah sungai Kuantan ku dulu.........?

Dimanakah Sungai Kuantan ku dulu
Oleh: Halim Al-Kuantani

Aku mencari-cari dimanakah Sungai Kuantan ku dulu, yang airnya berlimpah, ikannya banyak, tempat aku bermain, berenang , berpacu sampan dan mencari ikan bersama teman-teman ku.
Aku pulang ke kampung ku di desa sungai pinang kecamatan Hulu Kuantan, kabupaten Kuantan Singingi, provinsi Riau-Indonesia, untuk merayakan hari raya idul firti 1432 H/ 2011 M.
Desa ku ini  terletak hampir dekat dengan garis khatulistiwa pada : -0.60’13”S lintang selatan dan 101.41’41”E  bujur timur.

Sungai ini dahulunya  lumayan dalam dan terdapat bermacam jenis ikan, yang terkenal diantaranya adalah ikan Patin dan ikan Tapa. Sungai ini cukuplah untuk memenuhi kebutuhan ikan penduduk kampung ku.

Inilah foto Sungai Kuantan dahulu yang ku ambil pada tahun 1985:

Ini adalah foto sungai di hulu kampung ku th.2007



Setiap lebaran aku selalu menyempatkan diri untuk pulang  mengunjungi orang tua ku, yang kini tinggal ibuku yang sudah berumur 81 tahun, tetapi aku tidak pernah lagi mandi di sungai karena di rumah ibu ku sudah ada dua buah sumur, yang satunya Alhamdulillah airnya sangat bening.
Pulang kampung kali ini, aku sudah berhajat untuk mandi di sungai Kuantan , hajat ini aku lakukan persis satu hari sebelum aku akan pulang ke kota dimana aku bermukim sekarang. Betapa kagetnya aku menyaksikan Sungai Kuantan ku yang sudah berobah menjadi padang pasir dan batu, dan hanya menyisakan sedikit lekukan untuk tempat air sungai bisa mengalir ke hilirnya.



Aku betul-betul seperti orang asing, tiak percaya, dan seolah-olah aku tidak lagi mengenali Sungai Kuantan ku dulu, yang selalu aku ceritakan dan bangga-banggakan kepada anak-anak ku . Aku menyaksikan dengan mata kepala ku sendiri beberapa  perahu  berikut peralatannya bersandar di pinggir sungai  yang sudah menyemempit  ( yang kemudian aku ketahui bahwa itu adalah mesin-mesin pengeruk pasir dan batu untuk menambang emas ).

Seperti gambar berikut:





Sungai tidak lagi bisa  memberikan ikan yang cukup untuk penduduk kampung, apa lagi menurut informasi yang aku dapat , penambang ini juga menggunakan mercury dan deterjen dalam prosesnya. Betapa ngerinya kerusakan alam yang telah dilakukan oleh penambang  emas illegal ini.

Lalu kemana orang-orang  kampung ku ? kenapa seolah-olah tidak melihat  kerusakan ini, apakah mereka sudah apatis dan tidak mau peduliu  lagi ?.  Aku yakin mereka juga menyadari bahwa mata pencaharian  mereka adalah bertani dan menyadap karet. Menyadap karet ini hanya bisa dilakukan jikalau hari tidak hujan, kalau musim penghujan datang biasanya mereka beralih menjadi pendulang emas  secara tradisional  di Sungai Kuantan ini.  Kalau  sungai ini sudah dirusak oleh penambang emas dengan menggunkan mesin-mesin ini, lalu apa lagi mata pencaharian mereka untuk memenuhi kebutuhan keluarga mereka dimusim penghujan.......?

Kepada siapakah atau instansi manakah aku harus mengadukan kerusakan lingkungan ini ? ,  dimana di negara ku ini tingkat kepercayaan masyarakat terhadap pejabat atau instansi pemerintah sudah berada pada titik nadir. Mengadu kepada  Kepala Desa, polsek, koramil, camat, bupati bahkan kepada gubernur sekalipun , jangan-jangan mereka ini ( paling tidak keluarganya ) juga memiliki saham  penambangan ilegal ini ?( mudah-mudahan ini hanya prasangka buruk ku saja ), betapa tidak, menurut informasi yang aku dapat dari adik ku bahwa pemerintahan kabupaten sudah melarang penambangan ini, dan juga kesepakatan desa dan pemuka masyarakat juga telah melarang penambangan ini, tetapi kenapa penambangan ini tetap berlanjut ....?, inilah  yang membuat ku heran.

Berniat aku mengadukan masalah ini ke LSM lingkungan, lagi-lagi aku berprasangka jangan-jangan pengusahanya nanti menyetor ke LSM tersebut dan LSMnya diam. Lalu terlintas mau mengadukan ini ke Bapak Presiden, mungkin tidak akan ditanggapi karena beliau pasti sangat sibuk sekali dengan urusan negara yang jauh lebih penting dari masalah ini.  Lalu apakah aku harus mengadukan ini ke GREEN PEACE seperti kasus gambut di kampar ?, rasanya aku terlalu naif, masak urusan ini saja negara ku tidak mampu mengatasinya........

Buat sementara ini biarlah aku melampiasan kegalauan dan kekesalan ku dalam tulisan ini,  sementara adik ku di kampung akan tetap berusaha semampunya mempertahankan kelestarian Sungai Kuantan ini. InsyaALLAH 

Senin, 07 September 2011.


Selasa, 06 September 2011

Kuantan River mass destruction


Where is my Kuantan River
By: Halim Al-Kuantani

I'm looking for my old Kuantan River, where I was playing , swimming, canoe racing and fishing with my friends during my childhood.It famous with it stream and had a lot of fish.

I returned to my hometown in the rural districts of Hulu Kuantan, Kuantan Singingi district, Riau province-Indonesia, to celebrate Eid al Firti 1432 H / 2011 M. My village percisely located at latitute: -0.60 '13 S and longitude :101.41 '41 " E and almost close to the equator .
This river used to be quite deep, and has a variety of fish species, including the famous cat fish called Patin and Tapa. The river is sufficient enough to provide the needs of fish for my villagers.

This is photo of Kuantan River, taken in 1985:

This is a photo of the river in the upstream of my hometown taken in 2007
 
Every Eid el Fitri celebration I always return back to my village visiting my mother who is 81 years old now, but I never take a bathe and swim in the river since in my mother's house has two water wells, one Thank God the water was very clear. In my trip this time, I had promised to my self to swim in the river of Kuantan. Exactly one day before I return back to the city where I spend my life now , I walked down to the riverbank, and I was realy sock watching my Kuantan River had changed into a desert and rock, and leaving little grooves or indentations for water to flow to the downstream.
 
I really like a stranger,did not believe for what I saw, and as if I no longer recognize my Kuantan River that I always proud of, and always tell  my children about. I witnessed with my own eyes some boats equiped with machine, rest on a riverbank that had been narrowed (which then I understood that were the scraper machines for gold mine ).

 
 
 
 
 
As the following figure:
 
  
The river is no longer able to provide enough fish for the villagers, and according to the information I got, the miners also use mercury and detergent in their process. What a horror of the destruction of nature has been done by these illegal gold miners.
Then where are my village people? ....., Why they pretended NOT seing any damages that had been done to the river , or had they been apathetic ?. I'm sure they also realize that they make a living by farming and rubber tapping. Rubber tapping can only be done in the dry season, while in the rainy season, they usually turn into gold miners traditionally in the Kuantan River. If the river already damaged by gold miners by using these machines, then what else could be done by the villagers to feed their family during the rainy season .......?

To whom or what agency should I complain or report of this environmental damage? where in my country, the level of public trust in government agencies or officials are already at a nadir. Complained to the rural head, police, military command units, sub district leader, district heads, or even to the governor, I have lost my trust?. why not, according to information I got from my brother that the district government has banned the mining, and also the agreement among rural head ,the villagers and community leaders also have banned the mining activities , but why mining is still going on....?, This makes me wonder.

I intended to report this case to local environmental NGO, again I'm prejudiced the Gold Miners will give some money to the NGO, and then the NGO will keep silent. Thought to report this case to the President, may not be honored, while he must have been very busy with state business which is far more important than this issue. Then if I should report to the GREEN PEACE as is the case in Kampar peat bog?. I thought I was too naive, since I still have a little hope that my government could handle it if they just want to.


For the time being, I just write this to release my disapointment and unhappiness, while I fully support my brother for what he has been doing to keep our Kuantan River clean and green .

Monday, September 7, 2011.