Dimanakah Sungai Kuantan ku dulu
Oleh: Halim Al-Kuantani
Aku mencari-cari dimanakah Sungai Kuantan ku dulu, yang airnya berlimpah, ikannya banyak, tempat aku bermain, berenang , berpacu sampan dan mencari ikan bersama teman-teman ku.
Aku pulang ke kampung ku di desa sungai pinang kecamatan Hulu Kuantan, kabupaten Kuantan Singingi, provinsi Riau-Indonesia, untuk merayakan hari raya idul firti 1432 H/ 2011 M.
Desa ku ini terletak hampir dekat dengan garis khatulistiwa pada : -0.60’13”S lintang selatan dan 101.41’41”E bujur timur.
Sungai ini dahulunya lumayan dalam dan terdapat bermacam jenis ikan, yang terkenal diantaranya adalah ikan Patin dan ikan Tapa. Sungai ini cukuplah untuk memenuhi kebutuhan ikan penduduk kampung ku.
Inilah foto Sungai Kuantan dahulu yang ku ambil pada tahun 1985:
Ini adalah foto sungai di hulu kampung ku th.2007
Setiap lebaran aku selalu menyempatkan diri untuk pulang mengunjungi orang tua ku, yang kini tinggal ibuku yang sudah berumur 81 tahun, tetapi aku tidak pernah lagi mandi di sungai karena di rumah ibu ku sudah ada dua buah sumur, yang satunya Alhamdulillah airnya sangat bening.
Pulang kampung kali ini, aku sudah berhajat untuk mandi di sungai Kuantan , hajat ini aku lakukan persis satu hari sebelum aku akan pulang ke kota dimana aku bermukim sekarang. Betapa kagetnya aku menyaksikan Sungai Kuantan ku yang sudah berobah menjadi padang pasir dan batu, dan hanya menyisakan sedikit lekukan untuk tempat air sungai bisa mengalir ke hilirnya.
Aku betul-betul seperti orang asing, tiak percaya, dan seolah-olah aku tidak lagi mengenali Sungai Kuantan ku dulu, yang selalu aku ceritakan dan bangga-banggakan kepada anak-anak ku . Aku menyaksikan dengan mata kepala ku sendiri beberapa perahu berikut peralatannya bersandar di pinggir sungai yang sudah menyemempit ( yang kemudian aku ketahui bahwa itu adalah mesin-mesin pengeruk pasir dan batu untuk menambang emas ).
Aku betul-betul seperti orang asing, tiak percaya, dan seolah-olah aku tidak lagi mengenali Sungai Kuantan ku dulu, yang selalu aku ceritakan dan bangga-banggakan kepada anak-anak ku . Aku menyaksikan dengan mata kepala ku sendiri beberapa perahu berikut peralatannya bersandar di pinggir sungai yang sudah menyemempit ( yang kemudian aku ketahui bahwa itu adalah mesin-mesin pengeruk pasir dan batu untuk menambang emas ).
Seperti gambar berikut:
Sungai tidak lagi bisa memberikan ikan yang cukup untuk penduduk kampung, apa lagi menurut informasi yang aku dapat , penambang ini juga menggunakan mercury dan deterjen dalam prosesnya. Betapa ngerinya kerusakan alam yang telah dilakukan oleh penambang emas illegal ini.
Lalu kemana orang-orang kampung ku ? kenapa seolah-olah tidak melihat kerusakan ini, apakah mereka sudah apatis dan tidak mau peduliu lagi ?. Aku yakin mereka juga menyadari bahwa mata pencaharian mereka adalah bertani dan menyadap karet. Menyadap karet ini hanya bisa dilakukan jikalau hari tidak hujan, kalau musim penghujan datang biasanya mereka beralih menjadi pendulang emas secara tradisional di Sungai Kuantan ini. Kalau sungai ini sudah dirusak oleh penambang emas dengan menggunkan mesin-mesin ini, lalu apa lagi mata pencaharian mereka untuk memenuhi kebutuhan keluarga mereka dimusim penghujan.......?
Kepada siapakah atau instansi manakah aku harus mengadukan kerusakan lingkungan ini ? , dimana di negara ku ini tingkat kepercayaan masyarakat terhadap pejabat atau instansi pemerintah sudah berada pada titik nadir. Mengadu kepada Kepala Desa, polsek, koramil, camat, bupati bahkan kepada gubernur sekalipun , jangan-jangan mereka ini ( paling tidak keluarganya ) juga memiliki saham penambangan ilegal ini ?( mudah-mudahan ini hanya prasangka buruk ku saja ), betapa tidak, menurut informasi yang aku dapat dari adik ku bahwa pemerintahan kabupaten sudah melarang penambangan ini, dan juga kesepakatan desa dan pemuka masyarakat juga telah melarang penambangan ini, tetapi kenapa penambangan ini tetap berlanjut ....?, inilah yang membuat ku heran.
Berniat aku mengadukan masalah ini ke LSM lingkungan, lagi-lagi aku berprasangka jangan-jangan pengusahanya nanti menyetor ke LSM tersebut dan LSMnya diam. Lalu terlintas mau mengadukan ini ke Bapak Presiden, mungkin tidak akan ditanggapi karena beliau pasti sangat sibuk sekali dengan urusan negara yang jauh lebih penting dari masalah ini. Lalu apakah aku harus mengadukan ini ke GREEN PEACE seperti kasus gambut di kampar ?, rasanya aku terlalu naif, masak urusan ini saja negara ku tidak mampu mengatasinya........
Buat sementara ini biarlah aku melampiasan kegalauan dan kekesalan ku dalam tulisan ini, sementara adik ku di kampung akan tetap berusaha semampunya mempertahankan kelestarian Sungai Kuantan ini. InsyaALLAH
Senin, 07 September 2011.